Monday 31 July 2017

Maaf...

Maaf aku tak lagi mengangkat telepon atau membalas pesanmu. Terserah kau ingin berpikiran apa tentang itu.
Sungguh, berat mengabaikanmu seperti ini. Sampai saat ini pun ada perasaan sesal yang mengendap di hatiku. Berulang kali aku mengecek hand phone ku, berulang kali membaca pesan singkatmu, melihat panggilan tak terjawab darimu yang ku abaikan tidak hanya sekali-dua kali.
Dan sungguh sampai sekarang pun dadaku terasa sesak.

Ini pertama kalinya bukan?
Ya, ini pertama kalinya aku tidak menjawab telepon darimu
Lalu, apa yang kau pikirkan?
Apa kah aku yang sudah melupakanmu?
Apa kah aku yang sudah tidak lagi menyayangimu?
Apa kah aku yang sudah tidak peduli lagi padamu?
Apa kah aku yang sudah tak lagi menginginkan dan membutuhkanmu?
Atau kah aku sudah tidak mau lagi mendengar suaramu, tawamu, ceritamu bahkan tangismu?
Apalagi?
Coba sebutkan
Apalagi pikiran negatifmu tentang aku?

Kalau itu semua yang kau pikirkan
Kau benar-benar SALAH.

Aku belum bisa melupakanmu. Aku sudah coba selama ini tapi rasanya aku tidak bisa. Coba jelaskan padaku bagaimana caranya aku melupakan ekspresi kesakitanmu saat ku cubit perut mu yang buncit itu? Atau kalau sedang datang sikap manjamu? Tolong ajarkan aku!

Jangan kau mempertanyakan seberapa besar perasaanku padamu. Cukup Allah yang tahu seberapa bosan ia mendengar namamu dalam doa-doaku.

Aku masih sangat menginginkan dan membutuhkanmu. Mungkin dengan sikapku yang sekarang kelihatannya aku tidak membutuhkan siapapun. Aku seperti ini hanya untuk melindungi diriku.

Dan sungguh setiap hari aku masih sangat ingin mendengar suaramu, aku ingin mendengar semua ceritamu, aku ingin mendengar leluconmu, tawamu, nasihatmu. Aku rindu caramu merajuk, manjamu, tatap matamu.
Ah!

Maafkan aku.
Aku tidak tahu lagi  harus apa atau bagaimana.

Allah yang memiliki hatimu.
Allah yang punya rencana.

Sekarang aku hanya berharap padanya.

Mungkin ini yang terbaik untuk sekarang.
Kau baik-baik ya.
Jaga dirimu.
Kau harus baik-baik.