Semilir
angin membuatku mengingat perbincangan 6 tahun lalu. Perbincanganku dengan seseorang yang sampai detik ini masih
kutempatkan namanya dalam "5 waktu" ku. Perbincangan yang tidak seharusnya aku
ingat kembali.
17 Januari
2001…
“Lo putus di
waktu yang gak tepat, Vin.” Ucapnya
“Loh kenapa
memangnya, Van?” tanyaku bingung.
“Iya,
waktunya gak tepat banget.”
“Ada apasih?
Kebiasaan deh kalo ngomong muter-muter”
“Ini juga gue
mau coba ngomong. Sabar dong. Hmmm…Hmmmm sebenernya gue suka sama lo dari kelas
1 SMA. Walau waktu itu gue udah punya pacar. Gue tau..gak seharusnya gue kaya
gitu. Dan saat lo punya pacar, perasaan gue sedikit tersentak. Gue cuma bisa
lakuin apa yang harusnya sahabat lakuin.” Novan akhirnya memulai percakapan dari hati ke
hati. Terlihat jelas keseriusan dari matanya.
“Dari awal
masuk SMA, Van? Udah 2 tahun dong gue punya secret admirer hehehe. Tapi lo
serius kan? Kalau gitu gue juga mau jujur deh. Sebenernya gue juga udah suka
sama lo, malah sejak awal gue liat lo masuk kelas. Tapi cewek bisa apa, sih?
Apalagi pas gue tau ternyata lo udah punya pacar. Tapi gue seneng banget,
berjalannya waktu bisa buat kita sahabatan kaya gini. Selalu bareng sama lo
udah lebih dari cukup buat gue, Van.” Aku biarkan mulut dan hatiku seirama.
“Kenapa
waktu kita gak pernah cocok ya, Vin?” mulai terlihat kesedihan di matanya.
Malam itu
menjadi malam yang absurd. Bohong kalau aku mengaku tidak bahagia dengan
pengakuannya. Tapi bagaimana bisa ia mengatakan itu dengan status sedang
menjalin hubungan? Walaupun aku tau sekali hubungan mereka baru berjalan 1
bulan. Bagaimana tidak tau? Akulah satu-satunya orang yang pada saat itu
mendukung Novan untuk menjalin hubungan lebih lanjut dengan Angel dengan
perbedaan agama mereka. Sungguh sangat tidak lucu kalau pada akhirnya aku
jugalah yang membuat hubungan mereka tidak berjalan baik. Percakapan malam itu
menjadi pembuka dari semua perubahan, terutama antara aku dan Novan. Kami tidak
lagi sekedar bersahabat. Kami sudah mengetahui perasaan masing-masing. Tapi
kami tidak saling memaksakan untuk segera membawa hubungan ini kearah yang
jelas. Aku membiarkan Novan tetap bersama Angel, walau tidak jarang juga aku
berharap bisa bersama dengan Novan sebagai sepasang kekasih. Sekali lagi, aku
hanya wanita bisa berbuat apa?
,...
,...
No comments:
Post a Comment