Saturday, 2 August 2014

Hitung mundur (1)



Semilir angin membuatku mengingat perbincangan 6 tahun lalu. Perbincanganku dengan seseorang yang sampai detik ini masih kutempatkan namanya dalam "5 waktu" ku. Perbincangan yang tidak seharusnya aku ingat kembali.

17 Januari 2001…
“Lo putus di waktu yang gak tepat, Vin.” Ucapnya
“Loh kenapa memangnya, Van?” tanyaku bingung.
“Iya, waktunya gak tepat banget.”
“Ada apasih? Kebiasaan deh kalo ngomong muter-muter”
“Ini juga gue mau coba ngomong. Sabar dong. Hmmm…Hmmmm sebenernya gue suka sama lo dari kelas 1 SMA. Walau waktu itu gue udah punya pacar. Gue tau..gak seharusnya gue kaya gitu. Dan saat lo punya pacar, perasaan gue sedikit tersentak. Gue cuma bisa lakuin apa yang harusnya sahabat lakuin.”  Novan akhirnya memulai percakapan dari hati ke hati. Terlihat jelas keseriusan dari matanya.
“Dari awal masuk SMA, Van? Udah 2 tahun dong gue punya secret admirer hehehe. Tapi lo serius kan? Kalau gitu gue juga mau jujur deh. Sebenernya gue juga udah suka sama lo, malah sejak awal gue liat lo masuk kelas. Tapi cewek bisa apa, sih? Apalagi pas gue tau ternyata lo udah punya pacar. Tapi gue seneng banget, berjalannya waktu bisa buat kita sahabatan kaya gini. Selalu bareng sama lo udah lebih dari cukup buat gue, Van.” Aku biarkan mulut dan hatiku seirama.
“Kenapa waktu kita gak pernah cocok ya, Vin?” mulai terlihat kesedihan di matanya.
Malam itu menjadi malam yang absurd. Bohong kalau aku mengaku tidak bahagia dengan pengakuannya. Tapi bagaimana bisa ia mengatakan itu dengan status sedang menjalin hubungan? Walaupun aku tau sekali hubungan mereka baru berjalan 1 bulan. Bagaimana tidak tau? Akulah satu-satunya orang yang pada saat itu mendukung Novan untuk menjalin hubungan lebih lanjut dengan Angel dengan perbedaan agama mereka. Sungguh sangat tidak lucu kalau pada akhirnya aku jugalah yang membuat hubungan mereka tidak berjalan baik. Percakapan malam itu menjadi pembuka dari semua perubahan, terutama antara aku dan Novan. Kami tidak lagi sekedar bersahabat. Kami sudah mengetahui perasaan masing-masing. Tapi kami tidak saling memaksakan untuk segera membawa hubungan ini kearah yang jelas. Aku membiarkan Novan tetap bersama Angel, walau tidak jarang juga aku berharap bisa bersama dengan Novan sebagai sepasang kekasih. Sekali lagi, aku hanya wanita bisa berbuat apa?
,...

No comments:

Post a Comment